Sang raga yang renta
Berbaring di balai-balai kelelahan
Dinding hitam legam menghias
Tapi jiwa yang tetap tegap
Bukan rasa sakit yang digagas
Tapi rasa lapar bila buah hati tak bisa makan hari ini
Daun ketela rambat belakang rumah jadi pilihan menu hari ini
Sambal trasi yang sehitam dinding dapur lauk mewah hari ini
Sang suami yang bergegas pulang, menyenangkan hatinya
Sang putra yang menenteng tas, berwajah cerah karena hari ini dia peroleh nilai 100, membuatnya semakin istimewa karena telah memiliki mereka semua
Hari esok dengan rabaan halus dari tangan kasar penuh luka itu, dia membangunkan aku
Saat ku paksa mata ini membuka hidangan hangat ketela pohon sudah tersaji indah di atas piring anti pecah yang telah dia beli 4 tahun yang lalu saat bapakku mendapat gajinya yang pertama.
Ditata sedemikian rupa sehingga dapat menggugah nafsu makanku yang belakangan ini agak rewel soal makanan yang serupa.
Read more...
Berbaring di balai-balai kelelahan
Dinding hitam legam menghias
Tapi jiwa yang tetap tegap
Bukan rasa sakit yang digagas
Tapi rasa lapar bila buah hati tak bisa makan hari ini
Daun ketela rambat belakang rumah jadi pilihan menu hari ini
Sambal trasi yang sehitam dinding dapur lauk mewah hari ini
Sang suami yang bergegas pulang, menyenangkan hatinya
Sang putra yang menenteng tas, berwajah cerah karena hari ini dia peroleh nilai 100, membuatnya semakin istimewa karena telah memiliki mereka semua
Hari esok dengan rabaan halus dari tangan kasar penuh luka itu, dia membangunkan aku
Saat ku paksa mata ini membuka hidangan hangat ketela pohon sudah tersaji indah di atas piring anti pecah yang telah dia beli 4 tahun yang lalu saat bapakku mendapat gajinya yang pertama.
Ditata sedemikian rupa sehingga dapat menggugah nafsu makanku yang belakangan ini agak rewel soal makanan yang serupa.